Do'a Wajib Santri

Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."(S. Thoha:114)

Sabtu, 30 Mei 2015

SISI LAIN DARI RAMADHAN


Romadhan secara bahasa berarti panas, ini disebabkan posisi matahari lebih dekat ke arah bumi dibandingkan dengan posisi bulan. Nama bulan Ramadhan ini juga merupakan sebuah situasi yang di gambarkan Allah dengan istilah langsung di publikasikan di dalam al Qur’an dengan istilah ‘syahru romadhona’. Maksud  bulan Ramadhan dari sisi penanggalan bukan persoalan penentuan 01 ramadhan sebagaimana biasa masalah yang terulang di Indonesia setiap tahunnya.
Sebenarnya lebih dari itu Allah menjadikan bulan Ramadhan termasuk 12 bulan setiap tahunnya dalam kalender hijriyah berdasarkan peristiwa atau kondisi cuaca pada setiap bulannya. Maksudnya semua kejadian yang sudah terjadi dapat menjadi sebuah kerangka untuk memahami diri, alam dan nilai ketuhanan.
Dalam penamaan bulan dalam kalender hijriyah sebenarnya bukan terfokus pada penentuan waktu dengan hitungan jam, akan tetapi berinspirasi dari berbagai kewajiban dan perintah Allah SWT kepada manusia. Pada setiap hari al Qur’an maupun hadits tidak ada satupun penyebutan tentang suatu kewajiban atau larangan dengan memperhatikan jam. Mislanya penunjukkan waktu zuhur tidak dijelaskan langsung oleh nabi tentang pukul berapa sholat-sholat lima waktu tersebut di laksanakan.
Hal ini sengaja di kehendaki oleh Allah dan Rosulnya supaya manusia atau hambanya tidak di atur oleh jam dengan penunjukkan menggunakan angka-angka. Sebab ketika seorang muslm melihat waktu berdasarkan penunjukan angka di khawatirkan kita akan diatur oleh detik-detik yang tak memberikan arti apa-apa. Setiap hari kita di atur oleh jam kerja, waktu istirahat hanya diingat pukul 12 lewat dan sholat merupakan bagian dari waktu istirahat.
Dalam waktu yang lama dan tekanan arus globalisasi maka waktu istirahat lebih dikenal daripada waktu sholat zuhur. Pukul 10 pagi lebih terkenal dari pada waktu dhuha. Tengah malam lebih akrab daripada waktu tahajud. Puasa lebih dikenal dari pada Ramadhan. Fenomena ini tanpa disadari mengikis nilai spiritual dari berbagai kesempat selama 24 jam.
Bagaimana seseorang yang mengetahui bahwa zuhur masuk pukul 12.15 wib, sehingga tanpa di sadari seseorang melaksanakan sholat berdasarkan penujukkan angka jam yang tercantum di jam tangannya. Sementara waktunya zuhur menurut keterangan hadits akan dapat di lakukan dengan lebih baik sesuai kepahaman yang diaajarkan Al Qur’an maupun Hadits. Hilangnya pemahaman yang sholat zuhur dapat dilaksanakan setelah kita melihgaat keterangan Hadits.
Padahal disisi lain makna zuhur sebenarnya lebih penting untuk dimaknai daripada penunjukkan jam masuknya sholat zuhur. Sholat zuhur bagi seseorang akan berbeda maknanya dengan yang lainnya. Secara psikologis ada orang yang menjadi pusing kepalanya disebabkan belum sholat zuhur, ada juga sebagian yang merasakan kegerahan ketika belum melaksanakan sholat zuhur. Bila kita teliti pesan dan kesan seorang terhadap waktu sholat sangat bervariatif, beraneka ragamnya penyikapan diri terhadap waktu tersebut idealnya harus menjadi pemaknaan yang menuntunnya untuk tidak melupakan Allah dalam setiap aktivitas kerjanya.
Begitu juga dengan Ramadhan antara seorang dengan yang lainnya akan selalu berbeda dalam merasakan suasana datangnya bulan Ramadhan. Namun secara keseluruhan hanya kesamaan dengan istilah Ramadhan yang mempunyai arti panas. Perbedaan ini sebenarnya yang harus menjadi pola pendekatan bagi seseorang untuk mengetahui hakikat dari bulan  Ramadhan. Kita tidak boleh terjebak dengan sebuah perdebatan yang tidak begitu penting, misalnya perdebatan penetapan awal Ramadhan dan akhir Ramadhan. Sebenarnya yang penting diperjelas adalah bagaimana penentuan pribadi untuk memaknai bulan Ramadhan yang sesuai dengan kebutuhannya untuk merubah dirinya menuju jalan yang benar untuk menjadi orang yang taqwa.
Bulan Ramadhan diartikan sebagai bulan yang panas, mempunyai hakikat bagi orang yang beriman. Sehingga dimana saja ia berada, sekalipun di kutub selatan akan merasakan haus walaupun minuman yang tersedia sangat banyak dan beraneka ragam. Artinya kata Ramadhan ini akan menjadi simbol untuk memahami diri sebagai hambanya dan berlaku umum untuk semua orang yang beriman.

Konsep Islam dan teks al Qur’an tidak mempunyai sisi kelemahan justru membawa keyakinan tunggal tentang ke-Tauhid-an. Tak satupun nilai-nilai kata atau istilah termasuk bulan Ramadhan yang menyimpang dari fitrah manusia. Nilai atau esensi bulan Ramadhan ini berlaku umum sesuai dengan bidang ilmu pengetahuan yang ada, namun Ramadhan juga merupakan konsep pembentukan karakter secara global. (ahirman Rasyid) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar