Romadhan
secara bahasa berarti panas, ini disebabkan posisi matahari lebih dekat ke arah
bumi dibandingkan dengan posisi bulan. Nama bulan Ramadhan ini juga merupakan
sebuah situasi yang di gambarkan Allah dengan istilah langsung di publikasikan
di dalam al Qur’an dengan istilah ‘syahru romadhona’. Maksud bulan Ramadhan dari sisi penanggalan bukan
persoalan penentuan 01 ramadhan sebagaimana biasa masalah yang terulang di Indonesia
setiap tahunnya.
Sebenarnya
lebih dari itu Allah menjadikan bulan Ramadhan termasuk 12 bulan setiap
tahunnya dalam kalender hijriyah berdasarkan peristiwa atau kondisi cuaca pada
setiap bulannya. Maksudnya semua kejadian yang sudah terjadi dapat menjadi
sebuah kerangka untuk memahami diri, alam dan nilai ketuhanan.
Hal ini
sengaja di kehendaki oleh Allah dan Rosulnya supaya manusia atau hambanya tidak
di atur oleh jam dengan penunjukkan menggunakan angka-angka. Sebab ketika
seorang muslm melihat waktu berdasarkan penunjukan angka di khawatirkan kita
akan diatur oleh detik-detik yang tak memberikan arti apa-apa. Setiap hari kita
di atur oleh jam kerja, waktu istirahat hanya diingat pukul 12 lewat dan sholat
merupakan bagian dari waktu istirahat.
Dalam
waktu yang lama dan tekanan arus globalisasi maka waktu istirahat lebih dikenal
daripada waktu sholat zuhur. Pukul 10 pagi lebih terkenal dari pada waktu
dhuha. Tengah malam lebih akrab daripada waktu tahajud. Puasa lebih dikenal
dari pada Ramadhan. Fenomena ini tanpa disadari mengikis nilai spiritual dari
berbagai kesempat selama 24 jam.
Bagaimana
seseorang yang mengetahui bahwa zuhur masuk pukul 12.15 wib, sehingga tanpa di
sadari seseorang melaksanakan sholat berdasarkan penujukkan angka jam yang
tercantum di jam tangannya. Sementara waktunya zuhur menurut keterangan hadits
akan dapat di lakukan dengan lebih baik sesuai kepahaman yang diaajarkan Al
Qur’an maupun Hadits. Hilangnya pemahaman yang sholat zuhur dapat dilaksanakan
setelah kita melihgaat keterangan Hadits.
Padahal
disisi lain makna zuhur sebenarnya lebih penting untuk dimaknai daripada
penunjukkan jam masuknya sholat zuhur. Sholat zuhur bagi seseorang akan berbeda
maknanya dengan yang lainnya. Secara psikologis ada orang yang menjadi pusing
kepalanya disebabkan belum sholat zuhur, ada juga sebagian yang merasakan
kegerahan ketika belum melaksanakan sholat zuhur. Bila kita teliti pesan dan
kesan seorang terhadap waktu sholat sangat bervariatif, beraneka ragamnya
penyikapan diri terhadap waktu tersebut idealnya harus menjadi pemaknaan yang
menuntunnya untuk tidak melupakan Allah dalam setiap aktivitas kerjanya.
Begitu
juga dengan Ramadhan antara seorang dengan yang lainnya akan selalu berbeda
dalam merasakan suasana datangnya bulan Ramadhan. Namun secara keseluruhan
hanya kesamaan dengan istilah Ramadhan yang mempunyai arti panas. Perbedaan ini
sebenarnya yang harus menjadi pola pendekatan bagi seseorang untuk mengetahui
hakikat dari bulan Ramadhan. Kita tidak
boleh terjebak dengan sebuah perdebatan yang tidak begitu penting, misalnya
perdebatan penetapan awal Ramadhan dan akhir Ramadhan. Sebenarnya yang penting
diperjelas adalah bagaimana penentuan pribadi untuk memaknai bulan Ramadhan
yang sesuai dengan kebutuhannya untuk merubah dirinya menuju jalan yang benar
untuk menjadi orang yang taqwa.
Bulan
Ramadhan diartikan sebagai bulan yang panas, mempunyai hakikat bagi orang yang
beriman. Sehingga dimana saja ia berada, sekalipun di kutub selatan akan
merasakan haus walaupun minuman yang tersedia sangat banyak dan beraneka ragam.
Artinya kata Ramadhan ini akan menjadi simbol untuk memahami diri sebagai
hambanya dan berlaku umum untuk semua orang yang beriman.
Konsep
Islam dan teks al Qur’an tidak mempunyai sisi kelemahan justru membawa
keyakinan tunggal tentang ke-Tauhid-an. Tak satupun nilai-nilai kata atau
istilah termasuk bulan Ramadhan yang menyimpang dari fitrah manusia. Nilai atau
esensi bulan Ramadhan ini berlaku umum sesuai dengan bidang ilmu pengetahuan
yang ada, namun Ramadhan juga merupakan konsep pembentukan karakter secara
global. (ahirman Rasyid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar